JAKARTA – Polri melakukan analisis emosi publik terhadap jajarannya, di antaranya meliputi sikap netral, antisipasi, trust atau percaya, anger atau kemarahan, disgusted atau jijik, takut, surprise, senang, dan hingga sedih.
Dari hasil analisis tersebut, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berharap agar tingkat kepercayaan publik bisa ditingkatkan.
“Tentunya dari angka-angka yang ada ini harapan kita bagaimana kemudian warna kuning terkait dengan trust yang 10 persen ini bisa kita tingkatkan. Yang warna merah dan warna ungu, serta warna abu-abu itu bisa kita kecilkan,” ujar Sigit dalam acara Rakor Anev Itwasum Polri 2021 secara virtual di kanal YouTube Divisi Humas Polri, Jumat (17/12/2021).
Sigit menyebut, semestinya jajarannya terus mengikuti perkembangan persepsi publik yang muncul di media sosial. Sebab, kata dia, tak bisa dipungkiri bahwa kemajuan zaman dapat membawa masyarakat kepada perkembangan teknologi informasi.
“Sehingga kemudian kita paham, bisa lakukan langkah cepat, dan kemudian grafik analisa tersebut tentunya bisa bergeser utamanya terkait dengan trust, dengan joy, antisipasi atau netral, yaitu hal-hal baik yang tentunya ini yang harus selalu kita perhatikan,” tuturnya.
Dijelaskannya, jika angka analisa emosi negatif dari pengguna sosial media menguat, maka sudah menjadi kewajiban bagi Polri untuk melihat lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi.
Selain itu dapat melihat apa saja langkah-langkah di lapangan yang belum berjalan dengan baik. Kemudian, melihat apakah sebenarnya sudah berjalan baik namun tidak diketahui publik, atau memang respons anggota yang lambat.
“Kasus-kasus sensitif yang selalu tentunya menjadi perhatian masyarakat seperti masalah seksual, kepekaan terhadap gender, ini biasanya menjadi perhatian. Namun di sisi lain terkait dengan kepedulian Polri turun pada saat bencana, ini juga mendapatkan perhatian khusus juga dari masyarakat. Hal yang lain, penyimpangan ini juga tentunya langsung direspon cepat oleh masyarakat,” katanya.
Sumber: Okezone