Jakarta – Perusahaan penyedia layanan keamanan dan pengelolaan lalu lintas internet global, Cloudflare, mengalami gangguan jaringan masif pada Selasa (18/11/2025). Insiden ini menyebabkan Cloudflare tumbang, melumpuhkan sejumlah besar situs web dan aplikasi populer di seluruh dunia yang bergantung pada infrastruktur mereka.
Laporan adanya gangguan ini mulai membanjiri situs Downdetector sejak pukul 18.30 WIB. Platform-platform besar yang terdampak antara lain adalah OpenAI, X (dulu Twitter), Spotify, Canva, dan Claude. Dampak dari kegagalan teknis masif di jaringan Cloudflare ini begitu luas, hingga layanan pendeteksi gangguan Downdetector pun sempat ikut terimbas.
Dilansir dari New York Times, Rabu (19/11/2025), sekitar pukul 21.30 WIB, Cloudflare menyatakan bahwa masalah sudah hampir sepenuhnya terkendali. Perusahaan kemudian mengumumkan bahwa seluruh layanan kembali berjalan normal menjelang pukul 00.45 WIB.
Penyebab Gangguan: Bukan Serangan Siber, Melainkan Berkas Bermasalah
Cloudflare segera memberikan penjelasan resmi mengenai penyebab insiden yang melumpuhkan ribuan layanan pelanggan mereka. Perusahaan tersebut menegaskan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda serangan siber ataupun aktivitas berbahaya.
Penyebab Cloudflare down adalah masalah teknis internal yang dipicu oleh sebuah berkas. Berkas yang bermasalah tersebut menyebabkan kerusakan pada sistem perangkat lunak yang bertugas mengatur lalu lintas untuk beberapa layanan penting mereka. Sebagaimana diberitakan Times of India, ketika kesalahan teknis muncul di lapisan Cloudflare, efek domino pun tak terhindarkan, membuat ribuan layanan menampilkan pesan eror, termasuk “internal server error”.
Perusahaan mengonfirmasi telah melakukan investigasi dan langkah pemulihan cepat. Dalam pembaruan terbarunya, Cloudflare menyebut telah melakukan perubahan yang membuat layanan seperti Access dan WARP mulai kembali normal. Meskipun demikian, mereka harus menonaktifkan layanan WARP di London demi mempercepat penanganan pemulihan.
Apa Itu Cloudflare? ‘Sistem Kekebalan Internet’
Dilansir dari The Guardian, Cloudflare merupakan perusahaan global yang bergerak di bidang layanan cloud (penyimpanan data) dan keamanan siber. Mereka menyediakan berbagai solusi pertahanan digital, mulai dari pusat data, perlindungan situs web dan e-mail, hingga pencegahan kebocoran data.
Perusahaan ini sering menyebut dirinya sebagai “sistem kekebalan internet” karena teknologinya bekerja sebagai lapisan pelindung antara pengguna dan dunia maya, yang bertugas mengadang miliaran ancaman siber setiap hari. Selain fungsi keamanan, Cloudflare memanfaatkan jaringan infrastrukturnya yang tersebar di seluruh dunia untuk mempercepat arus lalu lintas internet. Berdasarkan bisnisnya, Cloudflare meraup pendapatan lebih dari 500 juta dollar AS (sekitar Rp 8,3 triliun) per kuartal dari hampir 300.000 pelanggan di 125 negara.




