NetizenWatch.com – Defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 meningkat menjadi Rp 609,7 triliun, atau setara 2,7% dari produk domestik bruto (PDB). Proyeksi defisit di tahun terakhir pemerintahan Presiden Joko Widodo ini mengalami peningkatan dari perkiraan awal sebesar Rp 522,8 triliun, atau setara 2,29% PDB.
Defisit tersebut disebabkan oleh peningkatan belanja negara yang mencapai Rp 3.412,2 triliun, atau 102,6% dari target APBN 2024 yang sebesar Rp 3.325,1 triliun. Sementara itu, pendapatan atau penerimaan negara tetap sesuai dengan target APBN 2024 sebesar Rp 2.802,5 triliun.
Seorang mantan pejabat Bank Dunia menyatakan bahwa lonjakan defisit APBN akan ditutup menggunakan saldo anggaran lebih (SAL) yang telah dikumpulkan pemerintah sejak 2022-2023. Total SAL yang digunakan mencapai Rp 100 triliun.
“Akan dibiayai melalui tambahan penggunaan SAL Rp 100 triliun dan penerbitan SBN tetap lebih rendah. Jadi dalam hal ini meski defisit naik penerbitan SBN tidak naik,” ucap Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Jakarta, dikutip selasa (9/7/2024).
Total pembiayaan anggaran untuk menutup defisit senilai Rp 609,7 triliun ini, yang naik 116,6% dari target APBN, akan dipenuhi melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 214,6 triliun. Sisanya, sebesar Rp 100 triliun dari SAL, akan digunakan untuk mengurangi penerbitan SBN atau untuk pemenuhan kewajiban pemerintah.
“Jadi dalam hal ini kami meski defisit naik penerbitan SBN nya tidak naik, malah justru lebih rendah Rp 214,6 triliun. Inilah sebetulnya kenapa tahun 2022-2023 waktu kami mampu kumpulkan SAL karena untuk dipakai pada saat seperti ini,” kata Sri Mulyani.
“Dipakai seperti saat sekarang pada saat suku bunga tinggi, rupiah tertekan, kami bisa jaga SBN tidak diisu lebih banyak sehingga kami bisa jaga competitivenessnya, yield SBN kita tanpa mengalami tekanan yang besar,” tegasnya.
Adapun, Sri Mulyani pernah mengungkapkan posisi SAL mencapai Rp 454,5 triliun pada akhir 2023. Hal ini disampaikan dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-20, Kamis (4/7/2024).
Sri Mulyani mengungkapkan, pada awal 2023, posisi SAL sebesar Rp 478,9 triliun. Kemudian, sepanjang 2023, SAL yang digunakan mencapai Rp 35 triliun.
“Sesudah memperhatikan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) dan penyesuaian SAL, SAL akhir 2023 menjadi Rp 454,5 triliun,” kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa SAL menjadi sangat penting dalam pengelolaan APBN. SAL berfungsi sebagai fiscal buffer atau bantalan pengaman fiskal untuk melindungi APBN, perekonomian, dan masyarakat, terutama di tengah kondisi dunia yang penuh tekanan, guncangan, dan ketidakpastian.
Baca Juga : Penampilan Rizky Febian Setelah Operasi Hidung
Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari Netizenwatch.com. Untuk kerjasama lainya bisa kontak email tau sosial media kami lainnya.